Kompetensi Dasar 2

2. Kompetensi Dasar 2. Mahasiswa mampu menjelaskan Perencanaan Pembelajaran Sebagai Sistem dan menerapkannya dalam pelayanan Pendidikan Agama Kristen Ikuti info yang memberi peluang menopang tugas mengajar: http://linkshrink.net/7BnEHn
Tuhan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Hal ini menegaskan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk merencakan apa yang akan dilakukannya. Allah menciptakan alam semesta serta manusia dengan perencanaan yang berlangsung dalam waktu-Nya (Kekekalan). Artinya kapa Tuhan merencanakan untuk menciptakan langit dan bumi serta manusia tidak dapat kita ketahui. Dalam kitab Kejadian dipakai kata “pada mulanya”, ini waktu kekekalan. Namun satu hal yang patut kita garis bawahi yakni kemampuan merancang yang ada pada Allah diberi dalam batas-batas tertentu kepada manusia. Melalui kemampuan berpikir itulah manusia merencanakan kegiatannya, khususnya kegiatan terstruktur yang disebut “Pembelajaran” (Belajar dan Mengajar). Dalam hal ini pembelajaran dapat diartikan kegiatan pendidik yang terprogram dalam desain instruk-sional, yang menolong pesertadidik mengalami belajar secara aktif dengan penekanan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:297). Untuk mencapai perubahan dalam diri peserta didik maka harus disadari bahwa pembelajaran tidak berdiri sendiri melalinkan berkorelasi dengan faktor-faktor lain. Itulah sebabnya maka perlu memahami dan menerapkan “perencanaan pembelajaran sebagai sistem”. Jika demikian apa sesungguhnya arti perencanaan pembelajaran sebagai sistem. Kita mulai dengan beberapa jawaban.
Pertama, jawaban secara statis. Jawaban ini dari waktu ke waktu, dan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu lembaga ke lembaga lain, dari satu sekolah ke sekolah lain, dari satu sekolah tinggi ke sekolah tinggi yang lain, dari satu universitas ke universitas lain, dari satu fakultas ke fakultas lain sama jawabannya. Jawaban yang dimaksud yaitu definisi “Kamus”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
Kedua, jawaban dinamis. Jawaban ini lahir dari penelitian. Biasanya definisi secara konseptual dan operasional atau definisi lain yang dikenal dalam dunia sains. Dalam definisi dinamis terdapat banyak arti tentang sistem. Kita mulai dengan beberapa pengertian dinamis tentang “sistem”

1. Ada yang mengartikan sistem adalah suatu komponen-komponen yang satu sama lain saling berkorelasi atau berhubungan satu dengan yang lainnya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut definisi ini maka “perencanaan pembelajaran sebagai sistem” adalah perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru merupakan bagian penting dari sistem pembelajaran secara utuh. Artinya perencanaan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, media pembelajaran, strategi pembelajaran, evaluasi pembelajaran, latar belakang pesertadidik, dan lain sebagainya yang berkontribusi terhadap pembelajaran. Menurut Surwana, dalam perencanaan sebagai sistem ada empat kriteria yang perlu diperhatikan yaitu: Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005: 33)

1. Perencanaan pembelajaran sebagai sistem memiliki atau dapat dibagi meenjadi bagian yang lebih kecil atau sub sistem.
2. Perencanaan pembelajaran sebagai sistem mengandung makna bahwa setiap bagian mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Perencanaan pembelajaran sebagai sistem mengandung makna bahwa seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama.
4. Perencanaan pembelajaran sebagai sistem mengandung makna bahwa ada fungsi bersama yang bermuara pada tujuan.
Dari sisi karakteristik, maka suatu sistem dapat dikenal melalui beberapa karakteristik dari suatu sistem, yaitu:

1. setiap sistem memiliki tujuan. Tujuan tersebut merupakan ciri utama dari sistem. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Semakin jelas tujuan, maka semakin mudah menentukan system. Jadi tak ada sistem tanpa tujuan.
2. sistem selalu mengandung suatu proses. Proses adalah rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Jadi semakin kompleks tujuan maka semakin rumit pula proses kegiatan.
3. proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen dan unsur-unsur tertentu. Oleh karena itu, suatu sistem tidak mungkin memiliki satu komponen saja tetapi membutuhkan berbagai komponen yang mana antara komponen satu dengan yang lain saling berkaitan.
Menurut Hamzah B. Uno, karakteristik suatu sistem ditandai oleh beberapa karakteristik, yaitu:
1. tujuan

2. fungsi untuk mencapai tujuan
3. bagian komponen yang melaksanankan fungsi-fungsi tersebut
4. interaksi antara komponen
5. penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
6. proses transformasi
7. proses umpan balik untuk perbaikan dan
8. daerah batasan dan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka jelas nampak bahwa perencanaan pembelajaran sebagai sistem merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan. Dengan kata lain pendekatan sistem adalah penentu kualitas proses pembelajaran. Dalam sistem terdapat proses yang menuju kepada tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran adalah pemberdayaan komponen-komponen pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran membentuk sistem. Oleh karena itulah sistem berkorelasi secara signifikan terhadap perencanaan. Perancanaan adalah pengambilan keputusan didalam memperdayakan berbagai komponen pembelajaran demi untuk mencapai tujuan secara efektif. Jadi apa keuntungan dari perencanaan pembelajaran sebagai sistem? Wina Sanjaya mengemukakan beberapa keuntungan dari proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Melalui sistem perencanaan yang matang, karena sistem perencanaan disusun untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Melalui sistem perencanaan yang sistematis ini dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Melalui sistem perencanaan, dapat menetukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan. (Wina Sanjaya, 1979:197) Jadi, semua sistem mempunyai gerak yang sama yaitu berusaha mencapai suatu tujuan. Kegiatan pembelajaran atau juga dikenal dengan kegiatan instruksional sebagai suatu sistem dengan sendirinya merupakan komposisi bagian-bagian dan fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, apabila salah satu bagian ada yang ridak berfungsi dengan baik dan sinkron dengan komponen lain, maka tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai dengan baik atau optimal. Perencanaan pembelajaran sebagai sub sistem dari sistem pembelajaran, dengan demikian memiliki komponen-komponen yang memiliki fungsi sendiri-sendiri dan saling terkait bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa komponen sistem pembelajaran dibagai menjadi lima bagian yaitu:

a. Tujuan. Menurut Sanjaya, tujuan pembelajaran merupakan faktor atau komponen yang sedemikian urgen dalam suatu sistem proses pembelajaran. Dalam penentujuan tujuan itu akan nampak ke arah mana siswa dididik atau diajar untuk mengalami perubahan, dengan kata lain: mau dibawa ke mana siswa? Dan Apa yang harus dimiliki oleh peserta didik? Dua hal ini akan nampak dalam perumusan tujuan
b. Materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan pelajaran maka dibutuhkan materi atau isi materi pelajaran. Dalam hal ini materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem proses pembelajaran. Materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c. Metode atau strategi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan maka peserta didik diberikan sejumlah materi yang sesuai tujuan. Untuk memahami atau mengalami belajar (perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik) maka diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pembahasan. Jadi, strategi dan metode pembelajaran merupakan bagian penting dari komponen yang juga mempunyai fungsi dalam mencapai tujuan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang relevan. Dalam strategi dan metode terdapat pula penggunaan media pembelajaran. Secara khusus dalam era Teknologi canggih khususnya perkembangan internet yang mengglobal di seluruh dunia maka internet dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Melalui internet, peserta didik dapat melakukan belajar dari mana saja dan kapan saja dengan menfaatkan hasil-hasil teknologi. Dalam konteks ini, guru bertindak sebagai pengelola sumber belajar. Jadi, guru bukan hanya berperan sebagai sumber belajar tetapi pengelola sumber belajar.
d. Evaluasi. Evaluasi proses pembelajaran merupakan komponen terakhir dalam sebuah sistem proses pembelajaran. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, selain itu evaluasi pembelajaran berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam mengorganisir kegiatan proses pembelajaran. Melalui evaluasi seorang guru dapat mengetahui kekurangan dalam pembelajaran berbagai komponen sistem pembelajaran (Wina Sanjaya, 2010: 203-206). Sekian penjelasan perencanaan pembelajaran sebagai sistem
Share:

Kompetensi Dasar 1

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran

BAB 1
PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARA PAK
1.    Pengertian Perencanaan dan Perencanaan Pembelajaran

Dasar Teologis

Isi Pendidikan Kristen adalah Alkitab. Artinya pokok-pokok pelajaran yang hendak disampaikan kepada peserta didik dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dalam pelajaran Agama Kristen di ambil dari Alkitab. Dengan pemahaman yang demikian maka pokok penjelasan pengertian pembelajaran dari sisi teologis didasarkan pada Alkitab.

Beberapa ayat Alkitab dalam Kejadian yang dapat kita jadikan sebagai dasar teologis merumuskan pengertian perencanaan. Penulis kitab Kejadian memulai epistemologinya tentang perencanaan dengan menyatakan:
Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi. Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan: Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” “Jadilah Cakrawala”, dan seterusnya sampai akhir kisah penciptaan. Selain itu hal yang patut diperhatikan dalam konteks perencanaan adalah bahwa Tuhan menciptakan manusia “Laki-laki dan perempuan” segambar dan serupa” dengan-Nya (bnd. Kej. 1:1-30). Kemudian dalam Kejadian 4:1-16 terdapat narasi tentang kehidupan keluarga manusia pertama yaitu Kain dan Habel, kemudian kehidupan Kain dan Habel dalam hubungannya dengan korban persembahan kepada TUHAN. Selanjutnya kita dapat menemukan banyak rujukan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang dapat kita jadikan sebagai dasar spirit teologis merumuskan dan menyemangati semangat kita dalam perencanaan pembelajaran.
Baiklah, kini saya mulai dengan merumuskan hakikat dan pengertian perencanaan dan perencanaan pembelajaran. Beberapa ayat Alkitab yang saya kemukakan di atas dikelompokkan dalam dua bagian, yakni:
a.    Perencanaan Tuhan
b.    Perencanaan Manusia

Perencanaan Tuhan yaitu Tuhan merencanakan sejak kekekalan-Nya (lihat ungkapan “pada mulanya”) akan apa yang hendak diwujudkan. Berdasarkan perencanaan-Nya itu, TUHAN mewujudkan “langit” (Kej. 1:1). Langit sebagaimana yang kita saksikan merupakan hasil perencanaan TUHAN, sehingga bila kita pandang dari sisi ontology yang dibaringi dengan epistemology dan aksiologi maka kita akan dibuat kagum akan hasil perencanaan TUHAN. Demikian pula bumi, adanya bumi dan segala isinya merupakan perwujudan dari perencanaan Allah. Contoh: Kelapa. Bila kita memikirkan dari sisi perencanaan dengan kemasan berpikir filosofis teologis maka akan membuat kita semakin kagum akan Tuhan yang menciptakan bumi dan isinya.

Tuhan juga mewujudkan perencanaan-Nya dengan kehadiran manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Tuhan merencanakan agar manusia itu berkuasa atas alam ciptaan-Nya (bnd. Kej. 2:15). Manusia direncanakan Tuhan untuk mengusahakan dan memelihara dan memanfaatkan isi bumi. Manusia yang bekerja memelihara dan mengusahakan adalah manusia yang berada dalam perencanaan Tuhan. Selain itu, Tuhan merencanakan agar manusia mempunyai keturunan dan berusaha mendidik manusia. Kemudian rencana mendidik itu diteruskan oleh manusia sepanjang zaman sampai ditemukannya sekolah formal.

Saya telah kemukakan di atas bahwa TUHAN merencanakan penciptaan langit dan bumi serta penciptaan manusia serta perencanaan tentang pendidikan yaitu Tuhan mendidik manusia pertama dan manusia itu mendidik anak-anak yang dianugerahkan Tuhan.

Manusia yang diciptakan Tuhan diberi kemampuan untuk merencanakan. Kemampuan itu kita pahami dari kata “segambar dan serupa”. Manusia diberi kemampuan berpikir untuk merencanakan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan dan dengan dirinya dan sesama.

Jadi, intinya bahwa perencanaan merupakan salah satu tema dalam Alkitab. Perencanaan itu luas cakupannya. Dalam konteks mendidik, perencanaan itu disebut perencanaan pembelajaran. Adam dan Hawa merencanakan untuk memiliki keturunan (perencanaan keluarga), Adam dan Hawa merencanakan pernikahan anak-anaknya, ini disebut perencanaan perkawinan, dll. Fokus perhatian kita adalah pada konteks Adam dan Hawa mendidik anak-anaknya yang dalam bahasa terkini kita sebut “perencanaan pembelajaran”. Hal ini mungkin kedengaran aneh dalam epistemology rekan-rekan Biblika (dosen-dosen yang mengajar Tafsir). Saya sadari bahwa pendekatan saya adalah pendekatan filosofis-teologis edukatif.

Berdasarkan paparan di atas dirumuskan sebuah definisi konseptual tentang perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran adalah menggunakan kemampuan logi yang diberi TUHAN untuk mewujudkan perubahan yang diharapkan dalam kegiatan kesediaan orang dewasa menuntun orang yang belum dewasa atau kegiatan merencanakan memanusiakan manusia muda. 

Dasar Teori 

Dalam teori terdapat definisi, konsep-konsep, dalil-dalil yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Jadi dasar teori perencanaan pembelajaran saya mulai dengan pengertian perencanaan. 
Beberapa definisi yang dapat dikemukakan di sini untuk menghantar kita merumuskan apa itu perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Harus disadari bahwa Pendidikan Kristen harus terbuka terhadap berbagai disiplin Ilmu sepanjang tidak bertentangan dengan kebenaran TUHAN (Alkitab). Salah satu keterbukaan itu yaitu Pendidikan Agama Kristen harus terbuka dengan disiplin Ilmu Perencanaan Pembelajaran. Hal ini berarti usaha merumuskan pengertian perencanaan dan perencanaan pembelajaran akan kita lakukan dalam lintas ilmu, lintas personal tanpa memandang agama yang dianut oleh ahli perencanaan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena “kebenaran” bersifat universal. Dalam konteks epistemology demikian mari kita membangun landasan epistemology perencanaan pembelajaran dengan mengacu pada definisi-definisi para ahli berikut ini.

  Menurut Cunningham (dalam Uno, 2006:1) perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima akan dignuakan dalam penyelesaian.[1] 
Fokus penekanan definisi di atas yaitu pada aspek: usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mecapainya. Apa wujud yang akan datang dan bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan perencanaan[2]. 

Menurut Arthur W. Steller (dalam Uno, 2006:1) Perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang dengan bagaimana seharusnya yang berhubungan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, perioritas, program, dan alokasi sumber.[3] Dalam definisi ini, frasa “Bagaima seharusnya” itu mengacu pada masa yang akan datang. Hal ini menegaskan bahwa perencanaan itu menekankan pada usaha mengatasi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang yang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan, yaitu menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan. 

Menurut Stephen P. Robbins (dalam Uno, 2006) Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Definisi ini menyatakan bahwa perubahan itu ada dan selalu terjadi. Perubahan itu selalu diantisipasi dan hasil antisipasi itu dipakai agar perubahan itu berimbang. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang terjadi dalam pembelajaran. Jadi makna perubahan disini adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan lingkungannya (pembelajaran). 

Jadi, perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

Pengertian Perencanaan Pembelajaran dilanjutkan dalam postingan berikutnya


Salamperencanaan
     
   ttd 

Yonas Muanley


[1] Hamsah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), 1
[2] Ibid
[3] Ibid
 

Share:

Silabus



Nama Mata Kuliah   : Perencanaan Pembelajaran
Kode                         : 02.03.07.6.2010

Bobot                        : 2 SKS
Semester                   : V
Prasyarat                   : Mahasiswa telah mengikuti Strategi Pembelajaran
Dosen                        : Dr. Yonas Muanley, M.Th.
PT                             : STT IKSM Santosa Asih

STANDAR KOMPETENSI (Tujuan Mata Kuliah)

Standar Kemampuan merupakan perubahan yang diharapkan terwujud dalam diri mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah "Perencanaan Pembelajaran PAK". Dengan kata lain, tujuan yang hendak dicapai dalam mata kuliah ini yaitu "mahasiswa mampu apa" atau "bisa apa"? dari mata kuliah ini. Bagian ini tidak bermaksud mengabaikan "tahu apa" dari mata kuliah ini, tetapi yang diharapkan adalah "tahu apa" harus diwujudkan dalam kemampuan yang teramati yang dirumuskan dengan kata kerja "bisa apa" (perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik) yang berhubungan dengan mata kuliah "STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN (AGAMA) KRISTEN. Berdasarkan dasar "epistemologi" ini maka rumusan STANDAR KOMPETENSI dari Mata Kuliah ini dirumuskan sbb:

Mahasiswa mampu berwawasan yang memadai dalam merancang pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan menunjukkan kebiasaan mengajar PAK secara terencana.


KOMPETENSI DASAR:
Untuk mencapai SK diatas, maka SK dipecahkan dalam beberapa kompetensi dasar:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran
2. Mampu menjelaskan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem
3. Mampu menjelaskan perencanaan pembelajaran dalam konteks KBK dan KTSP
4. Mampu mengembangkan model-model perencanaan pembelajaran
5. Mampu membuat pengembangan silabus PAK
6. Mampu membuat RPP PAK
7. Mampu membuat Bahan AJar PAK
8. Gemar membuat rancangan pembelajaran sebelum melakukan kegiatan Pembelajaran PAK
INDIKATOR HASIL BELAJAR MK PPdPAK:
  1. Menjelaskan pengertian perencanaan pembelajaran
1.1.Dasar Teologis
1.2.Dasar Teoritis
2. Menjelaskan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem
3. Menjelaskan perencanaan pembelajaran dalam konteks KBK dan KTSP
4. Mengembangkan model-model perencanaan pembelajaran
5. Membuat pengembangan silabus PAK
6. Membuat RPP PAK
7. Membuat Bahan Ajar PAK
8. Menunjukkan kesenangan membuat rancangan sebelum melakukan pembelajaran

MATERI KULIAH:

1. Hakikat Perencanaan
2. Perencanaan Pembelajaran Sebagai Sistem
3. Perencanaan Pembelajaran dalam konteks KTSP
4. Model-model perencanaan Pembelajaran
5. Pengembangan Silabus
6. Pembuatan RPP (sesuai jumlah pertemuan)
7. Membuat Bahan Ajar (Modul): Mahasiswa diharuskan membuat Bahan Ajar Online berbasis
    halaman-halam website: Blogger, Wordpress dan webnode.

SISTEM PENILAIAN:
1. Partisipasi dan Kehadiran        : 10 %
2. Tugas Membuat RPP               : 25 %
3. Tugas Membuat Bahan Ajar    : 25 %
4. Presentasi                               : 20 %
5. UAS                                      : 20 %    Selanjutnya akan disepati dalam kontrak pembelajaran

BUKU-BUKU SUMBER:

1.      Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, 2002
2.      A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 1991
3.       Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 1997
4.      Atwi Suparlan, Desain Instruksional, Dirjen Dikti Depdikbud, 1993
5.      Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi guru, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005
6.      Refrensi lain yang serumpun
Share: